IMF: 2021, Ekonomi RI Cuma Tumbuh 4,8 Persen


jakarta- International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Ekonomi Indonesia diperkirakan hanya mampu tumbuh 4,8 persen.

Proyeksi untuk 2021 itu jauh lebih rendah dari proyeksi IMF melalui laporan World Economic Outlook (WEO) pada Okto­ber 2020 sebesar 6,1 persen.

IMF memangkas proyeksi laju ekonomi dengan alasan, tahun ini masih diliputi ketidakpastian ekonomi, dampak dari meningkatnya penularan Covid-19. Tim IMF Thomas Helbling menilai, bauran kebijakan ekonomi makro di Indonesia diperkirakan akan tetap akomodatif di tahun ini.

“Prospeknya positif. Membangun pemulihan ekonomi pada paruh kedua tahun 2020, PDB (Produk Domestik Bruto) riil diproyeksikan meningkat sebesar 4,8 persen pada tahun 2021. Dan, 6 persen pada tahun 2022,” ungkapnya, dari laporan IMF, kemarin.

Prospek itu, papar Helbling, buah hasil langkah dan dukungan kebijakan yang kuat, termasuk rencana distribusi vaksin Covid- 19. Serta, membaiknya kondisi ekonomi dan keuangan global. Selain itu, lanjutnya, didukung komitmen untuk secara bertahap memulihkan pilar kebijakan pra-pandemi.

Hal itu akan membantu lebih meningkatkan kepercayaan pasar, terutama jika didukung oleh langkah-langkah pendapatan. Maka dari itu, momentum reformasi struktural harus dipertahankan dengan pendalaman keuangan dan digitalisasi.

Helbling mengatakan, ke depannya dibutuhkan strategi pemerintah jangka menengah untuk mengamankan pendapatan pajak. “Ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang dan perlindungan sosial yang lebih besar, serta transisi menuju ekonomi yang lebih hijau,” ujar Helbling.

Dia menilai, sejauh ini, Indonesia sudah merespons dengan paket kebijakan yang berani, komprehensif, dan terkoordinasi untuk mengatasi kesulitan sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Intervensi kebijakan yang tepat waktu juga membantu menjaga stabilitas keuangan makro dan eksternal melalui periode tekanan pasar global. Untuk mengamankan pemulihan yang sedang berlangsung, dukungan kebijakan yang memadai akan sangat penting. “Bauran kebijakan makroekonomi yang akomodatif yang diharapkan pada tahun 2021 disambut baik,” katanya.

Sementara, untuk jangka menengah, pemulihan kerangka kebijakan ekonomi makro harus segera di ambil, seperti mengembalikan 3 persen dari target defisit anggaran PDB.
Menurutnya, pengaturan kebijakan fiskal yang direncanakan untuk 2021 akan membantu mendorong pemulihan.

Sambil mempertahankan beberapa pengeluaran darurat terkait pandemi mulai tahun 2020, anggaran 2021 mengalokasikan kembali sumber daya anggaran, dan potensi pelimpahan untuk peningkatan pengeluaran berdampak tinggi, terutama investasi publik.

Helbling menyarankan, dalam upaya pemulihan, Indonesia harus mengupayakan akomodasi moneter, melalui kombinasi suku bunga kebijakan yang lebih rendah dan pembelian obligasi pemerintah Bank Indonesia (BI). “Ini yang tepat dalam keadaan luar biasa saat ini,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik secara signifikan di tahun 2021. “Ekonomi Indonesia di awal 2021 berkisar di 4 persen dan tembus hingga 5 persen di akhir tahun. Namun ini sangatbergan­tung pada momentum pemulihan yang sedang terjadi. Ini harus dijaga tanpa penyebaran Covid- 19 dan dari sisi vaksinasi,” tegas Sri Mulyani. (nov/jpg).

sumber:https://padek.jawapos.com/bisnis/11/01/2021/imf-2021-ekonomi-ri-cuma-tumbuh-48-persen/?_ga=2.89493982.419607486.1610685094-2049172139.1610685093

Share:

Arsip Blog

Recent Posts