Airlangga Hartarto Optimistis Ekonomi Tahun ini Tumbuh 4,5-5,5 Persen

 

Airlangga Hartarto Optimistis Ekonomi Tahun ini Tumbuh 4,5-5,5 Persen

JawaPos.com – Tahun 2021 diyakini membawa perubahan ke arah yang positif, termasuk untuk perekonomian global. Hal tersebut antara lain disebabkan adanya tren positif dari kinerja perekonomian di sebagian besar negara pada triwulan terakhir 2020.

Beberapa lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF), Bank Dunia, dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkirakan ekonomi global tumbuh di kisaran 4 persen – 5,2 persen pada 2021.

Menurut OECD Economic Outlook (Desember 2020), faktor utama pendorong ekonomi global di tahun ini antara lain adalah percepatan distribusi vaksin, kebijakan kesehatan yang komprehensif sebagai langkah mitigasi sebelum vaksinasi, stimulus fiskal yang mendorong daya beli, kebijakan moneter yang akomodatif, reformasi struktural yang mendukung pemulihan ekonomi, dan kerja sama internasional dalam penanganan pandemi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemulihan ekonomi global tersebut juga sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia.

PMI Manufaktur berada di level ekspansi 51,3 per Desember 2020. Sebelumnya, pada November 2020, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat menjadi 92 dari 79 pada Oktober 2020. Hal ini diperkuat oleh impor barang modal dan bahan baku yang meningkat pula.

Impor tersebut tentunya untuk mendukung proses produksi dari industri-industri yang ada di negeri ini, terutama produksi dari barang ekspor. Nilai ekspor Indonesia pada Desember 2020 mencapai USD 16,54 miliar yang merupakan tertinggi sejak Desember 2013.

Kemudian, sepanjang 2020, ekspor pertanian dan industri pengolahan masing-masing meningkat 13,98 persen dan 2,95 persen. Hal itu didukung oleh pulihnya harga komoditas internasional, yaitu kelapa sawit (CPO), batu bara dan karet alam.

Kondisi ini menciptakan surplus sebesar USD 21,74 miliar pada neraca perdagangan Indonesia di 2020, dan angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2011. Apabila dilihat secara bulanan, neraca perdagangan Desember 2020 surplus USD 2,10 miliar atau surplus 8 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Hal ini utamanya didorong oleh surplus non migas USD 2,56 miliar dan defisit migas minus USD 0,46 miliar.

Selain itu, lanjutnya, Rupiah mencatat penguatan tertinggi sebesar 13,8 persen sejak 31 Maret 2020. Kinerja IHSG pun sudah kembali rebound dari posisi terburuknya pada Maret 2020, bahkan saat ini sudah lebih dari posisi awal Januari 2020, sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, di mana pada penutupan bursa 18 Januari 2020 tercatat sebesar 6.390.

Pada triwulan IV 2020 lalu, kata dia, ekonomi Indonesia diproyeksikan mengalami perbaikan dan akan berlanjut hingga pada 2021 ini hingga tumbuh di kisaran 4,5 persen-5,5 persen. Prompt indikator menunjukkan kinerja industri dan kegiatan dunia usaha juga akan semakin baik di triwulan I 2021.

“Meskipun saat ini masih ada pembatasan sosial, namun akan kita dorong dalam waktu setahun ini,” ucapnya dalam keterangannya, Rabu (20/1).

Ia juga menyampaikan, pada Desember 2020 lalu, Bank Dunia merekomendasikan 4 hal untuk mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia, yaitu memprioritaskan kesehatan public, monitoring dan melanjutkan bantuan kepada rumah tangga dan korporasi, terutama masyarakat 40 persen terbawah, reformasi fiskal, dan reformasi struktural.

Airlangga kemudian menuturkan soal faktor kunci yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021. Pertama adalah menjaga konsumsi rumah tangga untuk mendorong daya beli masyarakat, sebab hal ini menyumbang 57 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Untuk kelas menengah atas dapat didorong kepercayaannya kembali kepada kondisi perekonomian nasional, sehingga mereka mau membelanjakan uangnya lagi. Sedangkan, untuk kelas menengah bawah dapat dijaga daya belinya dengan menggencarkan program bantuan sosial, perlindungan sosial, maupun penguatan UMKM (misalnya melalui KUR),” jelasnya.

Lalu, dilakukan percepatan reformasi (baik fiskal maupun struktural), antara lain melalui UU Cipta Kerja, reformasi anggaran, dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Penyusunan Daftar Prioritas Investasi (DPI) atau positive list juga diharapkan akan membantu penambahan investasi ke dalam negeri.

Airlangga juga mengatakan jika vaksin akan dapat menjadi game changer untuk memulihkan kondisi perekonomian nasional. Jumlah penduduk yang harus divaksinasi, berdasarkan skenario herd immunity mencapai sekira 181,5 juta atau 70 persen dari total penduduk Indonesia). Sasaran vaksinasi mencakup penduduk usia di atas 18 tahun dan komorbid (yang terkontrol).

Sebanyak 1,2 juta vaksin (vial) telah selesai dikirimkan ke setiap provinsi di Indonesia pada kurun waktu 3-15 Januari 2021. Selanjutnya, Dinas Kesehatan Provinsi akan mendistribusikan ke masing-masing kabupaten/kota untuk dilakukan proses vaksinasi.

“Untuk tahap pertama periode vaksinasi, dari Januari-April 2021, ditargetkan untuk tenaga kesehatan di 34 provinsi yang berjumlah sekitar 1,3 juta, kemudian petugas publik 17,4 juta, dan lansia 21,5 juta,” ucapnya.

Namun, untuk lansia 60 tahun ke atas akan divaksinasi setelah mendapatkan data hasil uji klinis tahap 3 tentang keamanan vaksin bagi mereka. Kemudian, untuk tahap kedua (April 2021-Maret 2022) akan dilakukan vaksinasi terhadap masyarakat rentan yaitu mereka yang tinggal di daerah zona merah yang diperkirakan sebanyak 63,9 juta orang, dan disusul masyarakat lainnya sejumlah 77,4 juta orang, dengan pendekatan klaster sesuai ketersediaan vaksin.

sumber:https://www.jawapos.com/ekonomi/20/01/2021/airlangga-hartarto-optimistis-ekonomi-tahun-ini-tumbuh-45-55-persen/


Share:

Arsip Blog

Recent Posts